...SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN...
...TETAP WASPADA TINGKATKAN KEAMANAN LINGKUNGAN SELAMA LIBUR LEBARAN...

11.4.08

Swasembada Pangan di Halaman Sendiri

Om dan Tante pasti tahu dong kenaikan harga bahan pangan akhir-akhir ini? Semua merasakannya. Belum lagi masalah dengan bahan bakar (gas atau minah)...wah capek kalu ngomongin. Namun ada satu hal yang kiranya bisa membuat keluarga kita berswasembada pangan. Menanam padi dalam pot dengan metoda SRI (system of rice intensification).

SRI ini diperkenalkan oleh ahli kimia dari Bandung. Intinya adalah menanam padi dengan tidak menggunakan pupuk namun memanfaatkan tanah sebagai pabrik pupuk. Pada intinya mikroba di dalam tanah jika dirangsang akan mampu menyediakan semua unsur hara untuk perkembangan tanaman, nah om Mubiar (si ahli itu) ini mencoba menggunakan mikroba (jasad renik) untuk membangkitkan pabrik di dalam tanah itu. Padi yang ditanam di dalam pot atau poly bag cukup subur dan memiliki produktifitas relatif lebih tinggi dari model penanaman biasa. Tidak diperlukan banyak air (ngga perlu dibanjiri).

Nah kalau begini kan kita bisa bikin lumbung padi bersama kan? hua ha ha...konsep lumbung padi ini merupakan konsep brilian lho. Konsep asuransi adalah pada dasarnya adalah seperti ini. Dan konsep lumbung padi ini pada dasarnya adil. Perangkat finansial asuransi sudah semakin menjadi-jadi dan menurut saya membuat ekonomi menjadi tidak riil lagi. Bisa bubrah ekonomi makro suatu negara gara-gara perangkat finansial yang overvalued (CMIIW ya? om KN3/6 mohon koreksi...).

Eh balik lagi ke padi dalam pot. Praktik ini sudah relatif lama sih, om dan tante bisa nge-google untuk mencarinya. Kalau banyak waktu atau kita ada waktu luang bisa kita coba budidayakan di sekitar saung. Berikut ini adalah saduran dari milis sebelah (baraya_sunda@yahoogroups.com):

Pada saat itu belum ditemukan penjelasan mengapa kompos bisa memicu produktivitas lebih banyak. Selepas bertemu Alik tahun 2005, Mubiar penasaran dan segera melakukan penelitian untuk mengetahui keunggulan kompos. "Saya mencoba meneliti tiga wadah. Yang pertama diisi tanah saja, wadah kedua berisi campuran tanah dan pupuk kandang, wadah ketiga berisi campuran tanah dan kompos. Lalu tiga wadah itu diguyur air. Hasilnya, pada wadah pertama dan kedua air keluar dari lubang wadah, sedangkan pada wadah ketiga air tersimpan, tak ada yang terbuang lewat lubang," katanya. Hal itu menunjukkan kompos mampu menangkap air. Dari penelitian, Mubiar juga menemukan, kompos memiliki ruang bebas yang mampu melewatkan udara. Air dan udara dibutuhkan mikroba dalam tanah. Mikroba merupakan bioreaktor untuk membantu produksi nutrisi bagi tanaman. Itu menunjukkan kompos merupakan padatan utama yang dibutuhkan tanaman. Jangan digenangi air Di alam, hutan adalah penghasil udara, air, dan kompos alami. Itu sebabnya, menurut Mubiar, sebaiknya 25 persen dari lahan sawah dihutankan agar kebutuhan udara, air, dan kompos atau humus bagi padi secara alami dapat dipasok. Penanaman yang baik adalah benih padi pada usia 10 hari segera dipindahkan ke pot atau sawah karena pada usia 12 hari benih akan menghasilkan buku pertama. Buku pertama itu akan menghasilkan 65 persen anakan. Pada penanaman, benih jangan terlalu ditekan dalam-dalam, cukup dibenamkan hingga berbentuk seperti huruf L. Ini untuk membuat pertumbuhan akarnya maksimal. Aturan lainnya, "Padi jangan digenangi air karena padi bukanlah tanaman air," ucapnya. Jika digenangi air, oksigen tak bisa menembus akar. Akar pun tak dapat menghasilkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Karena tak dapat masuk akar, oksigen masuk ke pori-pori daun lalu menembus akar. Ini menyebabkan jaringan akar rusak. Akibatnya, pesan dari tanaman mengenai kebutuhan makanan yang diperlukan tak dapat dipenuhi tanah di sekitar akar sebagai pabrik makanan bagi tanaman. "Perlu diingat, tanaman juga berkomunikasi dengan tanah, caranya dengan mengeluarkan cairan tertentu. Cairan itu mengirimkan pesan pada tanah. Tetapi, pada tanaman yang diberi bahan-bahan kimia seperti pestisida, cairan itu tak dapat diproduksi dan komunikasi tanaman dengan tanah juga terputus," tuturnya. Menanam di rumah Kebutuhan makan orang dewasa per tiga bulan sekitar 7,5 kilogram beras. Untuk menghasilkan padi sebanyak itu diperlukan 25 pot berdiameter 40 cm x 40 cm. Dalam tiga bulan, padi bisa dipanen hanya dengan memerhatikan komposnya, tanpa perawatan njelimet. Satu pot biasa berisi satu rumpun. Satu rumpun padi dengan metode konvensional menghasilkan sekitar 30 anakan dari 10-30 bibit yang ditanam. Namun, dengan metode SRI, satu bibit padi dalam satu pot bisa menghasilkan hingga 70 anakan. Jika petani konvensional membutuhkan 30-40 kg bibit padi untuk satu hektar, dengan SRI hanya dibutuhkan sekitar 5 kg. Dengan penanaman padi di pot diharapkan masyarakat tak terlalu bergantung pada lahan luas seperti sawah. "Orang pun bisa menanamnya dengan cara menggantung pot jika betul-betul tak ada lahan untuk meletakkan pot," ujarnya. Mubiar dan kawan-kawan di Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) telah melatih ratusan petani di berbagai provinsi. Kini, 2.500 hektar lahan ditanami padi SRI. Teknologi pemrosesan baru dengan kompos itu bisa diterapkan tak hanya untuk padi, tetapi juga tanaman lain, seperti stroberi, tomat, dan cabai. Kalau 1 kilogram tomat dihargai di bawah Rp 5.000, dengan menjual satu pohon tomat yang berbuah lebat dalam pot harganya bisa mencapai Rp 25.000.

ayo-ayo kita mulai.....

KN5/4    ;-)

1 comment:

omyosa said...

MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA DATANG PANEN
Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan
produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia. NPK
yang terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali
hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita.
Produk ini dikenalkan sejak tahun 1969 oleh pemerintah saat itu,
karena berdasarkan penelitin tanah kita yang sangat subur ini ternyata
kekurangan unsur hara makro (NPK). Setelah +/- 5 tahun dikenalkan dan
terlihat peningkatan hasilnya, maka barulah para petani mengikuti cara
tanam yang dianjurkan tersebut. Hasil pertanian mencapai puncaknya
pada tahun 1985-an. Saat itu Indonesia swasembada pangan.
Petani kita selanjutnya secara fanatis dan turun temurun beranggapan
bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan
KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang
pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau, sementara
yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro
NPK dan pengendali hama kimia saja.
Mereka para petani juga lupa, bahwa penggunaan pupuk dan pengendali
hama kimia yang tidak bijaksana dan tidak terkendali, sangat merusak
lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin tidak subur,
semakin keras dan hasilnya dari tahun ketahun terus menurun.
Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa
tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem
pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.
System of Rice Intensification (SRI) pada tanaman padi yang
digencarkan oleh SBY adalah cara bertani yang ramah lingkungan,
menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya,
kuantitas dan kualitas hasil juga lebih baik, belum mendapat respon
positif dari para petani kita. Mungkin ini walaupun hasilnya sangat
menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam teknis
budidayanya.
Petani kita sudah terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang
praktis dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga sangat
berat menerima metoda SRI ini. Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah
melihat petani tetangganya berhasil menerapkan pola tersebut.
Atau mungkin solusi yang lebih praktis ini dapat diterima oleh para
petani kita; yaitu "BERTANI SISTEM GABUNGAN POLA SRI DIPADUKAN DENGAN
PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK NASA". Cara gabungan ini hasilnya tetap
ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki oleh pola SRI,
tetapi cara pengolahan lahan/tanah lebih praktis, dan hasilnya bisa
meningkat 60% -- 200% dibanding pola tanam sekarang.
Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.
AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI.
SIAPA YANG AKAN MEMULAI?
KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI?
KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI?
GUNAKAN PUPUK DAN PENGENDALI HAMA ORGANIK NASA UNTUK TANAM PADI DAN
BERBAGAI KOMODITI. HASILNYA TETAP ORGANIK.
KUALITAS DAN KUANTITAS SERTA PENGHASILAN PETANI MENINGKAT, RAKYAT
MENJADI SEHAT, NEGARA MENJADI KUAT.
Omyosa - Jakarta, 08159927152
Rudy - Kalibata, 021 91719495
Dedi - Karawang, 085691526137
Avian - Pamanukan, Subang, 08122156162
Apud - Limbangan dan Bandrek, Garut, 085216895621
Hudri - Malangbong, Garut, 081320109152
omyosa@gmail.com